Jalan jalan ke dubai kota yang penuh barang barang canggih
Dengan
beroperasinya Dubai metro pada akhir 2009, mulailah diperkenalkan kartu
NOL, yaitu semacam kartu elektronik prabayar yang dapat digunakan untuk
naik bus dan metro di seluruh kota Dubai. Bahkan kita dapat juga
mengunjungi Burj Khalifah, gedung tertinggi di dunia dan juga Mall of
Emirates, salah satu mal terbesar di Dubai dimana kita dapat bermain
ski di negri padang pasir.
Halte Abra
Sekilas tentang transportasi umum di Dubai
Dubai adalah kota yang mahal demikian kesan pertama kita setelah mendarat di Matar Duwali Dubai
atau Dubai International Airport yang megah itu. Naik Taksi ke Hotel
maka begitu buka pintu meter langsung menunjukan 20 AED (Arab Emirat
Dirham).
Ternyata
Kalau kita naik taksi dari tempat lain tarif flag fall atau tarif buka
pintu hanya sekitar 5 Dirham karena 20 Dirham tadi semacam surcharge
kalau kita naik dari Airport. Tapi mendapatkan taksi sendiri
kadang-kadang bukan hal yang mudah, bila kita mau naik dari shopping
mall bisa-bisa kita harus menunggu sekitar 30 menit. Terutama pada saat
jam-jam sibuk. Transportasi masal sendiri sekarang mulai dapat terurai
terutama semenjak beroperasinya Dubai metro pada tanggal 9 bulan 9
tahun 2009 lalu. Yang unik adalah metro Dubai sendiri merupakan kereta
bawah tanah dan layang yang berjalan otomatis alias tanpa pengemudi.
Brosur Bus
Selain itu, Dubai
sendiri menyediakan fasilitas Bus yang cukup nyaman, Mencakup area yang
cukup luas dan murah. Secara tidak sengaja penulis menemukan brosur
route Bus di Dubai sehingga dapat mengetahui seluruh jaringan bus, no
route, dan jalan-jalan yang dilewati Bus tersebut. Ongkosnyapun cukup
murah yaitu 2 Dirham sekali naik. Namun, tetap saja kita kadang-kadang
harus juga terjebak dalam kemacetan lalu lintas kalau naik bus,
Gold Souk, Pasar Emas yang termashur,
Perkenalan pertama dengan Bus di Dubai adalah setelah mencoba Bus dengan tujuan Gold Souk atau Suq adzdzahab
, demikian yang tertulis secara bergantian di papan elektronik yang
terpampang dengan jelas dan besar di depan Bus. Karena penasaran ingin
melihat pasar emas yang termashur itu, maka kami pun segera
naik.Uniknya seperti juga di negara Islam lain. kompartemen Bus di bagi
dua bagian, dimana bagian depan disediakan khusus untuk wanita . Namun,
di Dubai sendiri orang sedikit cuek dengan aturan ini karena saya
melihat banyak juga laki-laki yang duduk di kompatermen khusus wanita.
Bus pun melaju ditengah kesibukan kota Dubai, yaitu daerah Deira, dan
sekitar 20 menit kemudian Bus tiba di Terminal Gold Souk.
Dari
terninal Bus, dengan berbekal peta kota Dubai, kita dapat menyusuri
jalan-jalan yang tampak sangat tua dari bagian kota yang terletak di
sebelah timur laut Dubai ini. Bagian ini disebut Deira. Tidak
lama berjalan, dari kejauhan tampak pintu gerbang Gold Souk denga papan
nama elektronik bewarna merah dengan tulisan bahasa Inggris dan Arab
secara bergantian. Dubai City of Gold...
Setelah
memasuki pasar yang sesungguhnya berupa deretan toko-toko dengan
jalan-jalan sempit berbentuk labirin yang sebagian besarnya diberi
atap, secara mencolok mata terhampar dihadapan kita kilauan kekuningan
dari segala macam perhiasan berbentuk gelang, kalung dan aksesoris lain
yang dipamerkan di jendela toko. Walau tidak berminat membeli, rasa
ingin tahu membuat saya memasuki salah satu toko dan melihat-lihat
isinya. Di dalamnya lebih fantastis lagi, seluruh toko berkilauan denga
kilatan emas yang kalau ditaksir harganya bisa ratusan milyar rupiah.
Seorang
pramuniaga dengan ramah menyapa kami dan mulai menanyakan apa yang
ingin dibeli. Secara kebetulan kami menunjuk sebentuk gelang berukuran
sedang. Setelah menanyakan harganya, ternyata di sini pun kami boleh
melakukan transaksi dengan tawar menawar. Emas Dubai memang sangat
terkenal dengan keindahan seni bentuknya dan menurut cerita, yang
paling bagus adalah yang 22 karat.
Namun,
Gold souk ini pun, tidak hanya menjual emas, ada banyak toko-toko lain
yang menjual cendera mata, seperti pashmina dari Pakistan, India,
maupun Kashmir dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan tempat
lain di Dubai, tentu saja kalau kita pandai menawar.
Syek Al Maktoum House.
Kota
Dubai, dibelah dua bagian oleh Dubai Creek, semacam laut yang menjorok
ke daratan sehingga meliuk-liuk semacam sungai, namun dengan air laut.
Bagian Timur dinamakan Deira, sedangkan sebelah barat disebut Bur
Dubai.